WILUJENG TEPANG TAUN MUGIYA PERSIB JANTEN JUARA TAHUN IEU
Rabu, 14 Maret 2012
Selasa, 06 Maret 2012
Dhana Widyatmika "Lelaki di pintu Surga"
Ketika ibunya tengah sakit keras dan harus buang hajat di
pembaringan, Dhana tidak tega menggunakan pispot karena menurutnya benda itu
terlalu keras dan nanti bisa menyakiti tulang ibunya. Sebagai gantinya, ia
menengadahkan kedua tangannya dengan beralaskan tisu untuk menampungnya.
***
Ia membuat
beberapa orang yang bergaul dengannya merasa iri. Sebagian berkomentar, lelaki
muda itu telah dekat dengan pintu surga. Beberapa yang lain
berpendapat, sungguh beruntung ia merawat ibunda tercinta dengan kualitas
maksimal. Namun, Dhana Widyatmika (33 tahun), putra pertama dari Ibu Sundari
(59 tahun) itu hanya berucap, apa yang ia lakukan biasa-biasa saja.
“Saya
tidak pernah merasa ini sesuatu yang hebat. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya
dilakukan. Ini kewajiban. Saya yakin semua anak juga akan melakukan hal yang
sama,” ucapnya.
Ditemui di
sela-sela rutinitasnya menjaga dan menemani sang ibu yang dua kali dalam
seminggu harus cuci darah, Dhana mengisahkan, selama tiga belas tahun ini, ibu
menjadi prioritas utama dalam hidupnya.
Ujian
Bertubi-tubi
Semua
berawal ketika bulan Februari 1995, Ibu Sundari divonis gagal ginjal
“Ibu
batuk-batuk, mual. Saya pikir sakit biasa. Waktu dibawa ke rumah sakit, kadar
ureumnya di atas 300, padahal orang normal harus di bawah 40. Artinya racun
dalam darah sudah menumpuk. Jadi harus langsung cuci darah. Saat itu, kadar
hemoglobin (Hb) Ibu hanya 3,4 sehingga harus transfusi darah, padahal ketika
itu bulan puasa, persediaan darah di PMI sangat terbatas sehingga harus mencari
donor darahnya,” terang Dhana yang ketika itu masih duduk di tingkat dua sebuah
sekolah tinggi di Jakarta.
Sesungguhnya
rasa duka kehilangan almarhum ayah dua tahun sebelumnya masih membekas di hati
Dhana. Baginya, kepergian ayah menghadap Sang Maha Kuasa bagaikan kiamat kecil.
“Saya tidak menyangka. Bapak masih gagah, karir sedang posisi menanjak, dan
saya baru masuk kuliah,” kenangnya.
Masih
segar dalam ingatannya, hari ketika ayahnya wafat. Dhana tengah sibuk
mencari kaos kaki warna-warni di jatinegara sebagai salah satu syarat mengikuti
ospek di kampusnya. “Waktu pulang saya lihat orang ramai, ternyata Bapak
meninggal. Sangat mendadak. Saya tidak siap, tapi harus siap. Sebenarnya juga
tidak tabah. Apalagi dua tahun kemudian Ibu menderita sakit berat. Kalau bicara
mental jatuh, ini jatuh yang kedua. Kok belum selesai musibah yang saya alami
dua tahun belakangn ini,” tuturnya.
Kepergian
ayah menjadikan sulung dari dua bersaudara yang baru saja lepas SMA itu berubah
menjadi kepala keluarga. Tak heran jika dialah yang pertama diberitahu dokter
tentang keharusan ibunya untuk cuci darah. Sebuah kabar yang tentu tidak mudah
didengar. “Awalnya Ibu tidak tahu. Ibu pikir hanya sekali cuci darah, setelah
itu sembuh. Dokter panggil saya, katanya ini harus rutin cuci darah. Saya
kepala keluarga dan memang harus menanggung semuanya,” kenangnya.
Dhana
sendiri, meski sangat sedih mendengar kondisi kesehatan ibunya, namun saat itu
ia merasa optimis, penyakit Ibu akan sembuh dan keadaan akan membaik kembali.
“Shock, tapi tidak berpikir bahwa ini tidak bisa sembuh. Saat itu saya tidak
menyadari. Dokter juga tidak bilang secara gamblang kalau tidak bisa sembuh.
Tahun pertama belum merasa bahwa ini akan menjadi rutinitas. Saya anggap nanti
akan ada akhir untuk sembuh,” ujarnya.
Keyakinan
bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya menyemangati Dhana dan ibunya untuk tak
henti-hentinya mencari penyembuhan, baik medis maupun obat alternatif.
Sejak 1995 hingga 2004, boleh dibilang semua pengobatan alternatif yang pernah
dilihat di televisi pernah dicoba, namun hingga sekarang, ibunda Dhana tetap
harus cuci darah.
Di awal
mendengar vonis gagal ginjal, Ibu Sundari sempat mengalami masa-masa penolakan
dan kesedihan. Penanganan cepat serta perawatan medis yang sangat memadai
memang mampu mengembalikan kondisi fisiknya, kecuali ginjal. Namun keharusan
cuci darah sangat menguras ketabahannya. Alhasil, di tahun pertama sejak ibunya
sakit, Dhana lebih banyak mengerahkan segenap daya dan usaha untuk membantu
mengangkat moril Sang Ibu.
“Secara
fisik ibu agak bagus, tapi mentalnya down sekali. Setiap habis cuci darah,
pulang, balik lagi ke rumah sakit. Lebih karena psikis. Kadang ada rasa tidak
enak di badan, sampai di rumah sakit diperiksa dokter tidak ada apa-apa.
Obatnya cuma istirahat. Ibu juga sering bertanya, kapan tidak cuci darah lagi,”
tuturnya.
Selain
stress karena sudah berusaha berbagai cara tapi tidak juga sembuh, proses cuci
darah juga mengandung bagian yang cukup sakit dan menakutkan. “Ada saatnya Ibu
merasa, ngapain hidup bergnatung mesin terus. Kalau besok mau dicuci sudah
stress, memikirkan akan ditusuk jarum. Sampai sekarang pun Ibu masih selalu
kesakitan waktu ditusuk. Saya sangat sedih melihatnya. Melihat orang yang saya
cintai ,menderita, itu menjadi penderitaan juga bagi saya. Tapi saya berusaha
bertahan. Kalau saya down, bagaimana dengan Ibu.”
Konsentrasi
Merawat Ibunda
Sadar
kondisi ibunya sangat labil, Dhana memutuskan konsentrasi sepenuhnya untuk
menemani Ibu menjalani berbagai proses pengobatan. Tiap hari, sepulang kuliah,
Dhana langsung ke rumah sakit. Menghabiskan malam di lantai di bawah tempat
tidur ibunya menjadi bagian pola kehidupan Dhana. Menurutnya, posisi di bawah
tempat tidur membuatnya cepat mengetahui kalau ada apa-apa. Pagi-pagi biasanya
ia pulang sebentar sekadar berganti baju dan membersihkan badan, lalu kuliah.
“Saya punya kos, tapi tidak pernah saya tinggali karena kondisi ibu sangat
tidak stabil. Selama kuliah tidak sempat bersosialisasi dengan teman-teman
karena waktunya tidak memungkinkan. Saya lebih banyak ke Ibu. Saya hanya
meninggalkan Ibu ketika kuliah,” tuturnya.
Pilihan
untuk mendahulukan Ibu di atas semua urusan lainnya, secara logika, sebenarnya
tidak selalu mudah bagi Dhana, yang kebetulan kuliah di sekolah yang lumayan ketat
dalam kedisiplinan (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara – Red.). Ketika kondisi ibunya sedang
sangat menurun, Dhana memilih tidka kuliah agar bisa menemani ibunya. Keputusan
itu, bukan hanya melewatkan kesempatan mendengar materi kuliah langsung dari
dosen, tapi juga membuatnya kesulitan mencapai batas absen yang diijinkan.
“Kuliah
tidak masuk, saya tidak peduli. Saya lebih baik drop out daripada harus
meninggalkan ibu saya. Itu yang saya yakini. Boleh dibilang saya tidak pernah
belajar meski saat ujian. Bukan karena sombong, tapi memang tidak sempat. Saya
sadar risikonya dan juga siap menanggungnya. Tidak pernah ada konflik batin
ketika memutuskan itu. Prioritas saya untuk Ibu. Saya tidak pernah sedikitpun
khawatir, bagaimana masa depan saya, bagaiman alau tidak lulus atau drop out.
Terserah deh, hidup saya mau dibawa kemana. Saya ikut saja. Saya hanya berpikir
bagaimana Ibu bisa nyaman, bisa tertolong dari kondisi ini,” jelasnya.
Dhana
bersyukur karena ia sama sekali tidak ragu dan yakin menjalani keputusan
mengesampingkan kuliah untuk merawat ibunya. Ia merasa, Allah yang membuat
hatinya mantap. Selain itu ia berusaha melaksanakan pesan Ayah agar dia menjadi
lelaki yang mampu bertnaggungjawab. Dhana mengenang, ketika ia memijit ayahnya,
beliau berpesan, “Jika nanti ada sesuatu yang buruk menimpa keluarga, kaulah
yang harus menggantikan tugas Bapak, dan kamu harus siap.”
“Saya
pikir itu pembicaraan biasa. Saat Bapak meninggal, saya jadi ingat sekali pesan
itu. Ketika Ibu sakit, saya semakin yakin, ini yang dimaksud Bapak. Mungkin
pesan itu yang membantu saya untuk prioritas ke Ibu. Hanya Ibu, tidak ada hal
lain yang saya pikirkan. Saya tahu, saya juga punya kehidupan sendiri yang
harus saya tata, tapi saya yakin, saya tidak salah meninggalkan masa depan dan
meilih Ibu. Itu keputusan dan komitmen saya. Biarlah masa depan tidak jelas,
yang penting saya puas bisa mengabdikan diri pada orang tua,” ucapnya.
Usaha
mencari kesembuhan fisik serta menjaga mental ibunya gar terus emangat
menjalani pengobatan dilakukan Dhana tanpa henti. “Saya tidak pernah putus asa.
Saya menikmati saja. Bahkan saya banyak belajar dari semua ini. Saya coba
resapi. Pelajaran yang palin besar itu kesabaran. Kondisi ini membuat saya harus
banyak mengalah, bersabar, dan menerima. Ini pasti ada maksudnya, ada
hikmahnya,” ujarnya.
Pertolongan
Allah itu Indah
Di tengah
berbagai usaha yang menguras tenaga, waktu, dan tentu juga uang, Dhana justru
kian merasakan betapa banyak kemudahan tak terduga. “Banyak hal aneh yang saya
rasa kayaknya tidak mungkin kalau saya balik lagi, kondisi itu akan terjadi
lagi,” kenangnya.
Dhana yang
sering bolos kuliah, akhirnya harus menerima risiko tidak diperbolehkan
mengikuti ujian oleh dosen yang kebetulan dikenal sangat disiplin dan tidak
gemar menerima alasan apapun dari mahasiswa yang sering tidak hadir kuliah.
“Saya mengahdap dosen itu, saya belum ngomong apa-apa, dia bilang, ya sudah
ikut ujian saja. Banyak pertolongan di luar dugaan. Masalah obat juga. Ibu sangat
membutuhkan obat, tapi kebetulan stock habis. Cari kemana-mana tidak ada,
padahal ibu sangat membutuhkan dan harus cepat. Saya kirim kabar ke banyak
kenalan, tidak lama ada yang memberitahu ada obat. gampang sekali,” tuturnya.
10 Cara Mengatasi Komputer Lambat
Berikut 10 Penyebab komputer lambat dan cara mengatasinya.
- Komputer lambat karena kekurangan Memory Masalah komputer lambat karena minimnya RAM yang terpasang merupakan hal yang umumnya sudah diketahui oleh semua pengguna komputer. Untuk itu cobalah cek kapasitas memory yang terpasang, untuk komputer sekelas Intel Pentium 4 dengan OS Windows XP dan aplikasi standar sebaiknya upgrade-lah memory menjadi minimal 1 GB.
- Komputer lambat karena terlalu banyaknya program yang terinstall. Secara pribadi saya sering menemukan komputer terutama milik pribadi yang di-install bermacam-macam program didalamnya, padahal aplikasi tersebut jarang atau bahkan tidak pernah digunakan sama sekali. Periksalah program apa saja yang terinstall dikomputer dengan cara klik Add/Remove Program di Control Panel dan un-install program-program yang hanya menjadi "accesories" tersebut.
- Komputer lambat karena terlalu
banyak startup programs dan service yang berjalan. Hal ini berkaitan dengan point no 2, semakin banyak program yang terinstall,
semakin banyak pula program dan service yang akan dijalankan ketika windows
startup.
Untuk menonaktifkan startup program dan service yang berjalan otomatis tersebut, masuklah ke "System Configuration Utility" dengan cara ketik: msconfig pada menu run, kemudian pada tab service dan startup lakukan uncheck terhadap aplikasi-aplikasi yang tidak diperlukan. Untuk melihat aplikasi apa saja yang sedang berjalan, kita bisa menggunakan tool Prosesexplorer. Dengan tool ini kita dapat melihat dan menonaktifkan (kill) aplikasi apa saja yang tidak diperlukan atau dicurigai sebagai virus. - Komputer lambat karena Temporary
File yang sudah membengkak
Penyebab komputer lambat yang ke empat adalah sudah membengkaknya file-file temporary
(sementara). Untuk Windows Xp lokasi file tersebut ada di:"C:\Documents
and Settings\nama_user\Local Settings\Temp" dan"C:\WINDOWS\Temp".
Untuk membersihkannya, delete-lah file-file yang terdapat di kedua lokasi tersebut atau jalankan program Disk CleanUp dengan cara klik start-run, ketik: "cleanmgr" lalu pilih drive yang akan di-cleanup. - Komputer lambat karena terlalu banyak program yang berfungsi sebagai "security program" .Security program seperti program antivirus dan firewall merupakan aplikasi tambahan yang harus ada pada komputer, tetapi janganlah terlalu berlebihan misalnya dengan menginstall 2-3 program antivirus sekaligus.Untuk masalah security windows, yang terpenting adalah lakukan update, aktifkan firewall dan gunakan antivirus yang tidak membebani komputer seperti misalnya PCMAV Antivirus serta berhati-hatilah ketika menggunakan USB Flashdisk / Memory Card.
- Komputer lambat karena masalah pada hardisk Hardisk merupakan komponen kedua setelah RAM yang bisa menyebabkan komputer menjadi lambat. Masalah Komputer lambat yang disebabkan oleh hardisk ini diantaranya karena:
- hardisk low space
- hardisk yang terfragmentasi
- hardisk yang sudah lama, sehingga rpm-nya menurun
- hardisk error / bad sector
- upgrade kapasitas hardisk dengan menambah atau ganti hardisk
- lakukan defragmenter pada hardisk secara berkala
- hindarkan hardisk dari debu, goncangan dan panas berlebih.
- perbaiki kerusakan pada hardisk dengan tool checkdisk.
Langganan:
Postingan (Atom)